Skip to main content

Serbuk Kayu Sawdust Biomass Cofiring PLTU

Serbuk Kayu Sawdust Biomass Cofiring PLTU



Saat ini kami telah men-suplai 16 PLTU se indonesia dengan jumlah suplai mencapai lebih dari 50.000 ton per bulan (update januari 2024).

Coverage PLTU yang kami suplai adalah PLTU yang ada di bawah anak perusahaan PLN yaitu PT Indonesia Power, PT Artha Daya Coalindo, PT PLN Energi Primer Indonesia, PT Pembangkitan Jawa Bali dan PLTU Swasta Under PT Adaro Power yaitu PT Bhimasena Power Indonesia. 

Berikut adalah PLTU yang telah kami suplai kebutuhan bahan bakar sawdust

Jawa
  1. PLTU Suralaya 1-7
  2. PLTU Suralaya OMU
  3. PLTU Labuan
  4. PLTU Lontar
  5. PLTU Pelabuhan Ratu
  6. PLTU Adipala
  7. PLTU Indramayu
  8. PLTU Batang
  9. PLTU Rembang
  10. PLTU Tuban
  11. PLTU Paiton
Kalimantan
  1. PLTU Asam Asam
  2. PLTU Balikpapan
Sumatera
  1. PLTU Labuhan Angin
  2. PLTU Tembilahan
  3. PLTU Nagan Raya
Sulawesi
  1. PLTU Kendari
  2. PLTU Barru
Spesifikasi umum yang biasa PLTU terima adalah serbuk basah kayu kadar air 40% sd 60% size partikel up to 5 mm.

Untuk spesifikasi teknisnya adalah sebagai berikut.



Masalah iklim menjadi isu global dan menjadi perhatian kita bersama, kita harus memastikan bahwa generasi mendatang mempunyai hak untuk mendapatkan dan merasakan masa depan yang lebih baik.

Bagaimana cara kita memastikan itu, salah satu cara adalah mengoptimalkan potensi energi baru terbarukan (EBT) yang kita miliki. EBT merupakan potensi sumber energi yang tidak dapat dielakkan untuk mencapai kemandirian energi melalui proses energi transisi dimana peran energi lainnya juga penting dalam menjaga stabilitas sistem, ketahanan dan keekonomian. Tentunya pengembangan kedepan EBT akan menjadi kekuatan untuk menjamin seluruh pelosok negeri menyala dengan listrik yang andal, sustain, kompetitif.

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) berdasarkan Kesepakatan Paris (Paris Agreement), dengan mencanangkan pengembangan EBT hingga 23 persen sampai dengan 2025.

Tantangan penyediaan energi nasional yang ditetapkan Pemerintah melalui Kementerian ESDM merumuskan penyediaan energi yang terjangkau, bersih dan ramah lingkungan, mengingat kondisi kelistrikan Indonesia saat ini yang memerlukan tambahan pasokan sebagai penggerak ekonomi nasional yang dicanangkan Pemerintah.

Seperti yang kita ketahui, penggunaan energi fosil saat ini masih sangat besar pada akhir 2022 yaitu sebesar 87 persen dari bauran energi nasional dengan rincian 65 %  batubara, 18 % gas dan 4 % BBM. Sedangkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai sekitar + 13 %.

PLN group sendiri telah mencanangkan program co-firing pada 52 lokasi PLTU dengan biomassa sebagai salah satu inisiatif strategis yang memegang peranan penting pada short term goal program untuk pencapaian bauran energi 23% di 2025 dan Net Zero Emission di 2060 dengan investasi yang minim karena memanfaatkan asset pembangkit yang ada.


Melalui PLN EPI, kebutuhan biomassa untuk PLN, khususnya untuk program co-firing PLTU yang mengganti sebagian penggunaan batubara dengan bahan bakar biomassa baru dicanangkan beberapa tahun terakhir. Persiapan dan uji coba dilakukan pada tahun 2019. Implementasi pada tahun 2020 baru mencapai 6 lokasi PLTU dari 52 lokasi PLTU yang direncanakan dalam roadmap program co-firing. Menyusul implementasi di tahun 2021 dan hingga Desember 2022 terdapat total 36 lokasi yang telah melaksanakan implementasi.

Roadmap Co-firing PLTU Batubara


Untuk skema Rantai Pasok Penyediaan Biomassa terbagi enjadi 3 kategori sumber biomassa yakni :
  • Industri Hutan tanaman energi (HTE) : Menggunakan sumber bahan baku yang berasal dari Hutan Tanaman Energi/Industri milik BUMN/Swasta dan Hutan Rakyat baik dengan tanaman energi sejenis seperti Kaliandra, Gamal, Akasia, Lamtoro dan lain-lain maupun sistem penanaman tumpang sari dengan jenis tanaman lainnya.
  • Forestry and agriculture by product dengan menjadi agregator untuk mengumpulkan produk sampingan pertanian/perkebunan/perhutanan dan industri.  
  • Residual waste product : Bekerja sama dengan BUMN atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk mengembangkan pabrik pengolahan Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP) pada TPS/TPA yang lokasinya berdekatan dengan PLTU.

Skema Rantai Pasok Penyediaan Biomassa




 

Popular posts from this blog

Selamat Datang di Website Pabrik Arang Briket Sawdust Charcoal Briquette Factory

Produsen Eksportir Arang Arang Briket Sawdust Charcoal Briquette. Selamat Datang di Website Pabrik Arang Briket Sawdust Charcoal Briquette Factory. BORNEO VLACK OPS PROJECT 2024 West South

Jenis Kayu Bahan Baku Arang Briket Sawdust

Jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan baku arang briket sawdust terdiri dari berbagai jenis kayu hutan alami tropis indonesia yang biasa di klasifikasikan sebagai kayu keras untuk bahan baku mebel, furniture, decking, flooring, pallet, plywood dan industri kayu lainnya. Jenis-jenis kayu yang biasanya menjadi bahan baku utamanya adalah: Merbau Ulin Bengkirai Keruing Meranti Mahoni Durian Kalimantan Sonokeling Trembesi Kaliandra dan jenis kayu keras lainnya Jenis-jenis kayu yang biasanya menjadi bahan baku campuranya adalah: Pinus Albasia Akasia Mangium Sungkai Cendana Mindi Rambutan Nangka Mangga dan jenis kayu sedang / lunak lainnya Sedangkan untuk jenis atau bentuk serbuk kayu yang dapat diterima adalah: Sawmill Molding Sending Small Chip Yang akan diproses kedalam mesin press dan akan dilanjutkan dengan proses karbonisasi, sehingga akan menghasilkan kualitas arang briket sawdust yang sangat tinggi dan dapat diterima luas baik di pasar domestik maupun pasar internasional.

Proses Produksi di Pabrik Arang Briket Sawdust

Berikut ini kami jelaskan Proses Produksi di Pabrik Arang Briket Sawdust. Proses Produksi di Pabrik Arang Briket Sawdust itu sangat berbeda dengan proses produksi yang dilakukan di pabrik arang briket kelapa. Proses dimulai dari pencampuran bahan baku serbuk kayu dari berbagai jenis yang telah diformulasikan rasio persentasi nya dan dicampur / aduk secara manual dengan bantuan wheel loader. Setelah proses pencampuran manual itu dilakukan, selanjutnya bahan baku serbuk kayu sawdust yang telah tercampur itu dimasukkan ke dalam raw material sawdust tank lalu di alirkan pada conveyor menuju mesin mixer atau pencampur yang membuat campuran bahan baku yang berasal dari berbagai jenis kayu tersebut dapat tercampur semakin sempurna dan disinilah penentu kualitas arang briket sawdust dimulai dengan bobot 30%. Dari mixer, serbuk kayu yang telah tercampur sempurna tersebut dialirkan kembali melalui ducting ke mesin rotary dryer yang dibantu pengeringannya dengan menggunakan jet blower cyclone aga...